Menari di Tengah Hujan

Pernahkah kalian mengalami sesuatu yang kalian sendiri tidak pernah menyangkanya? Inginku bisa melampaui anganku. Namun, fisikku merapuh. Tak sanggup mengejar asa. Saat sebuah virus tak kasat mata tanpa permisi hadir menyerang tak hanya pertahanan fisikku, juga jiwaku. “Mungkin kamu kelelahan? Kamu sih, overthinking? Tadinya sering pergi-pergi ya? Nggak bisa diam, sekarang jadi menyesal, kan?” Kalimat-kalimat itu seolah menari-nari di pikiranku. Datang pergi terus begitu hingga akhirnya aku hanya bisa menangis, menyendiri, dan menyalahkan diri. Menikmati sehat baru terasa nikmat jika kita sudah pernah merasakan apa itu sakit. Begitu pula nikmatnya menjalani waktu lapang, akan terasa saat kita pernah menjalani kesempitan.
Sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020 anak-anak PJJ, mereka lebih akrab dengan Zoom Meeting, Google Classroom dan YouTube. Semandiri apa pun anak-anak, tak bisa sepenuhnya dilepaskan. Sementara bagi orang tua yang bekerja harus segera berangkat ke kantor. Belum lagi drama seperti berebut kamar mandi, penghapus kesayangan hilang, wifi rumah mati, lupa mengirim tugas dan lain-lainnya.
“Kamu itu kerja apa sih? Katanya setelah nganggur tidak jelas setahun ini, kamu sudah dapat kerjaan. Tapi ditanya kantormu di mana, kamu bilang gak ada kantornya. Mosok kerja kok gak ada kantornya, itu beneran perusahaan atau tipu-tipu sih?”
Hari itu aku merasa bersalah sekaligus kesal, aku benar-benar tidak ingin diganggu. Aku juga tidak ingin mendapat petuah apa pun. Jika dihitung, mungkin sudah puluhan lamaran aku kirim lewat email, setiap hari aku mengecek email barangkali ada panggilan tes atau wawancara. Sayangnya, setelah itu tidak ada kejelasan sama sekali. Menyedihkan bukan?
Bahkan di acara keluarga besar pun, pertanyaan demi pertanyaan terus menghampiri “sekarang kerja di mana?”, “sudah melamar kerja ke mana saja?”, “kemarin ada lowongan di perusahaan A, sudah melamar belum?”, “bagaimana hasil interview terakhir?”, dan banyak pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan-pertanyaan itu membuatku semakin terpuruk, tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, harus berusaha seperti bagaimana lagi, rasanya perjuanganku tak terlihat dan sia-sia.
Apakah ini yang benar-benar terjadi? Atau itu hanya sekadar gurauan? Kita dan pandemi, apakah selamanya akan menjadi musuh abadi? Kumpulan cerita di masa pandemi Covid-19 dalam buku ini akan menjawab semuanya. Baca saja buku ini! Buah karya karyawan, guru, dan siswa Nurul Fikri Boarding School Bogor. Nanti baru bisa memahami bahwa menari di tengah hujan mampu membuat manusia kuat dan saling menguatkan.
Berisi cerita-cerita dengan tema pandemi Covid-19 yang menginspirasi untuk bangkit melewati masa-masa pandemi Covid-19
Merupakan adaptasi dari kisah nyata yang mengandung banyak manfaat dan pesan moral
Dapat digunakan sebagai acuan membuat tulisan hingga bisa dipublikasian di media massa
Tim Penulis
Bekerja sebagai pustakawati. Cerpen yang ditulis di buku kali ini berjudul “Berbagai Rasa Kala Pandemi”
Berprofesi sebagai Quranic Teacher. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Antara Ketetapann-Nya dan Kehendak Pribadi”
Seorang pelajar yang saat ini duduk di bangku SMP. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Distrutto”
Seorang pelajar. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Kacamata Baru”
Seorang pelajar. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Antara Pandemi, Kurikulum, dan Cinta”
Berprofesi sebagai Asisten Laboratorium Sains NFBS Bogor. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Menari di tengah Hujan”
Bekerja sebagai Konsultan di Industri Retail, Pembaca, Penangkap Cahaya, dan pembelajar mengikat makna. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Menikmati Sehat Ayah”
Seorang praktisi pendidikan Bahasa Inggris di sebuah sekolah Islam di Tangerang. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Pandemi yang Mendewasakan”
Berprofesi sebagai guru. Cerpen yang dibuat dalam buku ini berjudul “Skenario Mudik di Kala Pendemi”
Seorang pelajar. Cerpen dalam buku ini berjudul “Berkah di masa Pandemi”
Seorang guru yang telah berkiprah puluhan tahun di dunia pendidikan. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Tantangan Dapur”
Berstatus sebagai mahasiswa. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Kado Terindah Untuk Ayah”
Seorang ASN dan seorang Ibu yang suka membaca dan menulis. Cerpen dalam buku ini berjudul “Balada PJJ Bunda Bekerja”
Seorang Librarian yang masih perlu banyak belajar di dunia kepenulisan. Cerpen yang ditulis dalam buku ini berjudul “Mengenal Sabar dan Syukur”

Tebal: 163 hlm
Ukuran: 14 x 20 cm
Kertas: Bookpaper
Sampul: Softcover
ISBN: 978-623-99593-0-2
Harga: Rp 72.000